Asumsi jika seorang perawat akan menikah dengan seorang yang mengenakan seragam rasa-rasanya telah jadi rahasia umum. Entahlah darimanakah asal awalnya asumsi ini jadi demikian kental serta seringkali jadi pembicaraan publik.
Sesudah demikian lama tidak mengingat merek semacam ini, sore hari ini Saya dikagetkan dengan seorang teman dekat yang men-tag namaku ke satu posting account di instagram yang membicarakan mengenai perawat serta pilihan jodohnya.
Selanjutnya Saya jadi ingin tahu serta membaca satu-satu isi kotak kometar dari posting itu. Beberapa tanggapan ada yang membuatku ketawa terpingkal-pingkal sebab kelucuan serta kepiawaian jemari netizen dalam soal menulis beberapa kata.
Ada pula yang memberi respon nya dengan kalimat yang tidak lumayan baik. Situasi semacam ini membuatku harus kembali kenang cerita sekian tahun yang lalu.
Eits bukan cerita asmara lho yaa yang ingin diingat he he he. Tapi cerita ini apa yang ada, bukan ada apanya (bagaimana sich jadi yang bener!!).
Jadi ini ceritanya..
Saat duduk di kursi kuliah keperawatan, sempat satu saat saya pulang dari rumah sakit serta singgah ke satu tempat foto copy. Dengan cara tidak menyengaja berjumpa dengan seorang rekan lama, Bijak namanya.
Kemungkinan hampir 7 tahun semakin kami tidak bertemu. Tapi waktu itu rupanya Bijak tidak sendirian, lalu Bijak mengenalkan Saya dengan temannya.
Saya tahu itu hanya hanya hal basa-basi. Tetapi belum berteman, Saya dibikin kesal dengan temannya yang menyeletuk demikian saja
"Ngenalin gini enak jika betul-betul bisa mengenal, Saya mah apa bukan orang yang mengenakan seragam. Hanya warga sipil. Jadi mundur dehh"
Saya pilih tidak untuk menyikapi, ya ingin bagaimana, mengenal denganku saja belum.
Tuntunan Bermain Taruhan Bola Online
Tuntunan Bermain Taruhan Bola Online
Ingat satu hal lagi, waktu Saya ke toko sepatu sepulang dari rumah sakit, sang Mas penjaga toko itu memang awalannya nampak repot terlibat perbincangan bincang dengan seseorang tetapi saya putuskan untuk konsentrasi cari sepatu yang akan kubeli. Saya pun tidak berasa ingin ketahui tema apakah yang sedang mereka bicarakan.
Anehnya, entahlah ada angin apa mendadak dengan ketusnya sang Mas mengatakan "Ya jika perawat itu maunya sama yang mengenakan seragam, tidak selevel lah sama yang kita kita gini, kalau gak yakin bertanya saja sama mbak ini (sekalian melihat ke arahku). Iya kan mbak? ".
Langsung Saya dibikin terkejut serta tidak ada kemauan untuk menjawab sepatah kata apa saja. Sampai saat ini Saya serta tidak dapat pahami apa waktu itu sang Mas penjaga toko sedang berupaya bergurau padaku untuk mencairkan situasi atau bagaimana sich.
Kira-kira semacam itu hal yang sempat kualami. Tidak bisa disangkal, di dunia riil juga banyak didapati seorang perawat atau bidan menikah dengan seorang yang profesinya untuk abdi negara seperti polisi atau tentara.
Tetapi rasa-rasanya hal tersebut cuma satu kebetulan saja kan? serta pernikahan itu berlangsung sebab kedua-duanya memang berjodoh. Lagi juga, tidak semua perawat atau bidan akan berpasangan dengan abdi negara.
Begitu juga sebaliknya. Waktu hati jatuh hati, serta takdir setuju menjadikan satu kedua-duanya. Ditambah lagi yang dapat dikata. Toh karier bukan hal yang perlu dibanding-banding kan.
Malah di antara satu karier dengan karier lain akan membuat satu tatanan kehidupan. Tidak elok rasa-rasanya jika perbandingan disangkutpautkan ke dunia pernikahan. Tiap orang juga memiliki hak untuk putuskan dengan siapa mereka akan menikah.
Tidak ada fakta untuk berasa tersinggung. Malah fenomenia ini jadi bahan mawas diri. Tidakkah sebenarnya semua insiden dihidup ini telah ditata oleh Tuhan Yang maha Esa?
Jodoh, Rejeki serta Maut, Tuhanlah yang mempunyai kuasa didalamnya. Ingin bagaimana juga memaksa kehendak untuk bersama-sama, yang bukan jodoh akan menjauh lambat atau cepat serta yang berjodoh akan berpadu dengan jalan yang tidak diduga.
Disamping itu mengingat hal ini menimbulkan tanda pertanyaan besar di hati. Tidakkah pernikahan harus diperlengkapi dengan rasa sama-sama pahami, terima situasi kekurangan serta kelebihan. Apa cinta serta pernikahan cuma melihat serta dipastikan oleh karier?.
Lantas bagaimana kelak jika satu karier lekang oleh waktu, apa cintanya akan lenyap? Jika demikian dimana letak bahagianya? Selektif pilih pasangan memang cara yang baik, namun membeda bedakan karier bukan hal yang cukup arif.